FFW 2025:
Dari Ruang Penjurian, Kami Melihat Sinema Indonesia Lagi Nyalain Apinya!
Selama tiga bulan lebih, aku dan teman-teman juri awal FFW 2025 tenggelam di tumpukan film — dari layar bioskop sampai OTT. Ada sekitar 170-an film yang kita pilah dan nilai dengan hati (dan mata) terbuka.
Tiga genre besar — horor, drama, dan komedi — jadi ajang pembuktian kalau perfilman Indonesia lagi seru-serunya bereksperimen dan tumbuh ke arah yang lebih matang.
Horor: Dari Takut Jadi Tafsir
Tahun ini, genre horor bukan cuma soal bikin penonton lompat dari kursi.
Tapi soal refleksi sosial dan moralitas manusia.
Banyak film yang berani ngulik akar budaya dan trauma kolektif masyarakat, bukan sekadar hantu-hantuan.
Beberapa bahkan punya cinematography yang bikin deg-degan bukan karena jumpscare, tapi karena keindahan visual yang gelap tapi elegan. Ini menunjukkan kalau sinema horor Indonesia lagi naik kelas — dari sekadar “boo!” jadi “whoa!”.
Drama: Tentang Luka, Cinta, dan Realitas yang Terlalu Dekat
Sebagai penonton sekaligus juri, aku pribadi tersentuh dengan film-film drama yang tahun ini terasa sangat relevan.
Banyak yang berani ngomongin isu perempuan, keluarga, sampai problem sosial tanpa pretensi.
Yang bikin spesial, narasinya makin empatik dan sinematografinya makin berani.
Ada film yang kelihatannya sederhana, tapi berhasil “nusuk” lewat dialog yang sunyi dan akting yang raw banget.
Komedi: Ketawa, Tapi Mikir
Nah, di genre komedi, jujur aja — kita semua sering kaget.
Banyak banget film yang bisa bikin ngakak tapi juga nyentil realitas sosial dengan cara yang cerdas.
Thomas Manggala, Ketua Juri Awal genre komedi, “Komedi Indonesia sekarang nggak cuma hiburan ringan, tapi udah jadi medium kritik sosial yang reflektif.”
Dan aku 100% setuju. Dari tawa yang renyah sampai sindiran yang nyeleneh, genre ini lagi nemuin kembali jati dirinya: cerdas, tajam, tapi tetap menghibur.

Di Balik Ruang Penjurian: Ketat, Serius, tapi Tetap Seru
Selama proses diskusi kami para juri sering banget panas — dalam arti positif.
Kadang beda pendapat, kadang sepakat, tapi semuanya punya semangat yang sama: mengapresiasi karya dengan jujur dan terbuka.
Siap Siapa yang Jadi Terbaik?
Sekarang, semua hasil kerja keras juri awal udah diserahkan ke Dewan Juri Akhir, yang diisi oleh nama-nama keren:
Adisurya Abdy, sutradara senior
Firman Bintang, wartawan dan tokoh film
Lola Amaria, sineas perempuan berpengaruh
️ Akhlis Suryapati, wartawan dan sutradara
Nurman Hakim, akademisi film
Mereka yang akan menentukan siapa yang layak disebut jagoan sinema Indonesia 2025.
Sebagai juri awal FFW 2025, aku merasa ini bukan cuma festival — tapi sebuah cermin bagi perkembangan sinema kita. Tahun ini bukan lagi tentang siapa paling ramai di box office, tapi siapa yang paling jujur dalam bercerita.
Dan di era digital yang serba cepat, aku senang banget lihat banyak sineas muda yang berani eksperimen — dari tone warna, struktur cerita, sampai keberanian mengangkat isu sosial dan identitas.
FFW 2025 membuktikan kalau perfilman Indonesia itu nggak cuma hidup, tapi berkembang dan berani ngomong hal penting.
Tiga genre besar — horor, drama, dan komedi — sama-sama menunjukkan satu hal:
➡️ Sinema kita lagi matang, sadar arah, dan siap jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Jadi siap-siap aja, karena jagoan sinema Indonesia 2025 bakal segera diumumkan — dan percayalah, mereka datang bukan cuma buat menang, tapi buat menghidupkan kembali semangat sinema yang sesungguhnya.
View this post on Instagram





































