Film It Was an Accident mungkin bukan film yang mudah dicerna oleh penonton awam.
Ia bukan sekadar tontonan, tapi sebuah eksperimen sinematik yang terasa seperti teater yang dipindahkan ke layar lebar—sebuah “pertunjukan panggung” yang diberi napas realisme lewat set kehidupan nyata.
Dari Panggung ke Layar: Sebuah Eksperimen yang Berani
Film It Was an Accident memiliki gaya penceritaan yang jarang kita temui di film modern.
Sinematografinya dipenuhi dengan long take, seolah kamera menolak untuk berkedip, memaksa penonton bertahan dalam dialog yang panjang dan intens.
Film ini terdiri dari rangkaian adegan pendek yang berpindah cepat, tapi di setiap bagiannya, harus tetap diikuti dengan cermat , karena dialoglah yang menjadi inti film ini.
Mencermati akan hal ini , melalui gaya penceritaan semacam ini, tentunya film ini terasa segemnted.
Apa yang terasa “hidup” bagi sebagian orang, bisa terasa “terjebak” bagi yang lain.
⚖️ Narasi Politik dan Emosi yang Tak Tuntas
Secara tematik, It Was an Accident mencoba menggali luka politik dan moralitas pasca-konflik—mengisahkan sekelompok mantan tahanan politik yang bertemu dengan sosok yang diduga penyiksa mereka.
Ada pertanyaan tentang balas dendam, penyesalan, dan kemanusiaan yang mengalir di setiap percakapan panjang mereka.
Sang penulis , sutradara dan produser Jafar Panahi terasa sekali bahwa Ia ingin memancing refleksi, tapi sering kali kehilangan kedalaman emosional karena terlalu sibuk menjelaskan pesan moralnya.
Padahal sebenarnya lebih menarik jika tidak dijelaskan, karena bukankah misteri selalu lebih menarik ?
film ini lebih terasa seperti panggung tempat manusia berdebat dengan nuraninya sendiri.
Momen-momen humanisnya muncul perlahan—namun justru ketika emosi mulai menyentuh, film menutupnya dengan akhir yang pahit dan agak klise.
Pelaku tetap bebas, dan penonton dibiarkan tenggelam dalam kegetiran.
Namun bukankah itu namanya kehidupan?
Dari Sudut Pandang Sinematografi
Penyuntingan yang minimalis dan tempo yang lambat membuat film ini terasa lebih seperti pengalaman kontemplatif daripada hiburan.
Penonton dipaksa untuk bertahan dalam ketegangan senyap dan jeda panjang antar kalimat—sebuah ujian bagi kesabaran, tapi juga penghargaan bagi kesungguhan sinema.
Sebagai penutup
It Was an Accident adalah film yang berani dan intelektual, tapi tidak untuk semua orang.
Ia lebih cocok bagi penonton yang menikmati karya reflektif dan penuh simbolisme.
Jika kamu mencari film yang memicu diskusi, bukan sekadar hiburan, maka ini film yang tepat.
Tapi jika kamu berharap pada narasi yang mengalir dan emosional, kamu mungkin akan merasa “terjebak” dalam alur cerita film, yang terlalu sadar akan dirinya sendiri dengan semua penjelasannya.

Disutradarai oleh: Jafar Panahi
Ditulis oleh: Jafar Panahi
Diproduseri oleh:
-
Jafar Panahi
-
Philippe Martin
Dibintangi oleh:
-
Vahid Mobasseri
-
Mariam Afshari
-
Ebrahim Azizi
-
Hadis Pakbaten
-
Majid Panahi
-
Mohamad Ali Elyasmehr
-
Delnaz Najafi
-
Afssaneh Najmabadi
-
Georges Hashemzadeh
Sinematografi oleh: Amin Jafari
Disunting oleh: Amir Etminan
Perusahaan produksi:
-
Jafar Panahi Productions
-
Les Films Pelléas
-
Bidibul Productions
-
Pio & Co
-
Arte France Cinéma
Didistribusikan oleh: Memento Distribution (Prancis)
Tanggal rilis:
-
20 Mei 2025 (Festival Film Cannes)
-
1 Oktober 2025 (Prancis)
Durasi: 104 menit
Negara asal: Iran, Prancis, Luksemburg
Bahasa: Persia




































