Pangku,Reza Rahadian dan Empat Piala Busan
Tatapan matanya terlihat bahagia dan sangat bersemangat menyambut kehadiran teman-teman media.
Reza pun dengan ramah , tegas dan jelas , menjawab dengan sabar pertanyaan demi pertanyaan

Q : Kenapa film Pangku lahir?
Reza sampaikan bahwa film ini lahir dari pengalaman nyata — dia terinspirasi melihat tradisi “kopi pangku” di pantura.
Ide itu nempel karena ada cerita tentang perempuan yang kerja keras demi keluarga, tapi bagaimana soal martabat dan pilihan?
Sebagai penegas, Reza sampaikan Pangku adalah “cerita kasih ibu” yang ia tulis dan sutradarai dengan sangat personal.
Q : Perasaan, Pengalaman Premiere & Penghargaan: Busan? Lalu , Yes, bawa pulang piala
Pangku memang premier dunia di Busan International Film Festival (BIFF) pada 20 September 2025 dalam program Vision – Asia
Gilanya kabar besarnya: film ini pulang dengan empat penghargaan — termasuk KB Vision Audience Award dan FIPRESCI Award, plus penghargaan dari Bishkek International Film Festival dan satu lagi “Face of the Future” dari sebuah organisasi kreatif Asia.
Menurut Anya , Itu agak gila buat debut penyutradaraan pertama.
Di beberapa sesi Q&A dan press conference, Reza sering balik ke satu hal: dia bersyukur kalau pesan film “sampai” ke penonton. Bukan soal trofi doang. Dia bilang kalo kerja ini lahir dari kerja kolektif — pemain, kru, sampai orang di warung kopi tempat mereka riset. Ada momen-momen dia narik napas panjang di depan wartawan, dan kadang nyengir malu pas ditanya soal kritik.
Q : Jika diperhatikan, gaya penceritaan melankolis, intimate, dan fokus ke perempuan. Bisa dijelaskan lebih lanjut?
Reza menyampaikan dengan nada terharu.
Pangku punya ritme melankolis — banyak frame sunyi, close-up, dan adegan di dalam kedai kopi yang berulang jadi motif.
Fokus ceritanya pada Sartika (diperankan Claresta Taufan) — perempuan yang cari cara supaya anaknya hidup lebih baik.
Reza memang sengaja memilih tone intimate supaya penonton “masuk” bukan cuma nonton.
Q : Bisa disampaikan bagaimana reaksi internasional ?
Media luar (Variety, Screendaily) berikan sekali lampu hijau soal kualitas film dan arah karier Reza — mereka sorot keberanian aktor besar ini untuk jadi sutradara sekaligus penulis.
Sementara di dalam negeri, mereka yang sudah nonton juga terharu karena filmnya “dekat” dengan realita banyak orang.
Anya perhatikan Reza sering disorot karena berhasil “mendidik” audiens internasional untuk ngobrol soal isu lokal lewat bahasa sinema.
Q :Apa artinya buat Reza & perfilman Indonesia?
Menang empat penghargaan di BIFF itu bukan cuma piala — itu tanda bahwa film Indonesia yang bercerita lokal dengan cara jujur bisa resonan di panggung internasional.
Reza berharap Pangku bisa “hidup” di hati penonton dan memicu dialog soal kerja, martabat, dan peran perempuan di masyarakat.
Reza bilang ini baru awal, dan dia pengen lebih banyak kolaborasi internasional lagi. Waktu bicara ini, Anya bisa lihat ada tekad kuat untuk wujudkan hal ini
Penulis Anya





































