Film Pangku
Setelah sukses di Busan International Film Festival 2025 dan membawa pulang sederet awards bergengsi. Pangku makin jadi bahan omongan netizen.
Bukan cuma karena ceritanya yang emosional, tapi juga akting para cast yang beneran total.
Tim media luar negeri & Indonesia pun gaspol mewawancarai pemainnya—dan hasilnya?
Nazyra: “Aku dihajar mental, but in a good way”
Dalam beberapa wawancara, Nazyra ngaku karakter yang ia peranin bikin dia “grow up mentaly”
Dia bilang pressure-nya tinggi karena Pangku punya isu sosial yang sensitif.
“Aku takut salah deliver, tapi justru itu yang bikin aku berkembang.”
Namun banyak juga yang memuji aktingnya , alasannya simpel ekspresi wajah dan acting micro-gesture-nya itu, natural banget.
Khan: “Aku belajar diam itu juga akting.”
kali ini Khan malah bilang dialog dikit, emosi banyak. Dalam interview, ia bilang sutradara sering bilang:
“Kata-kata bisa dibohongin, tatapan nggak.”
Hasilnya?
nulis kalau aura Khan di layar “nempel banget”, bikin penonton kegencet emosinya.
Fedi Nuril: Comeback bapak-bapak tenang yang dalem
Fedi ngebahas soal silent complexity. Ia bilang, karakter ayah di Pangku bukan cuma bapak-bapak biasa, tapi simbol generasi yang terjebak tradisi.
“Capek jadi laki-laki yang harus selalu kuat.”
Komentar kritikus: powerful, understated, mature.
Cast Lain: “Syuting = healing sekaligus drilling mental”
✅ Acting workshop 3 bulan
✅ Cultural research
✅ Dialect coaching
Mereka juga cerita soal scene improvisasi yang akhirnya masuk final cut. Jadi natural karena nggak semuanya script.
Behind The Scene Tea
Media profesional mencatat beberapa hal menarik:
✨ Shoot real location di rumah tua—suhu lembab & banyak noise ambient bikin emosinya kerasa real
Lighting soft & low-key buat nampilin emotional shadowing
Blocking ketat supaya camera bisa “ikut napas karakter”
Gen-Z critics di Twitter/X bilang: “Ini horror emosional tanpa hantu.”
Harapan Mereka:
Hampir semua cast punya misi yang sama:
“Penonton pulang, terus mikir soal relasi keluarga & batas toleransi.”
Film ini emang bukan buat once & gone, tapi aftertaste-nya nyantel kayak lagu galau.
Kenapa banyak media luar nge-hype?
Karena:
-
Indonesia jarang explore emotional abuse di konteks budaya
-
Cinematography anti-kepo (ngintip lewat celah, framing sempit)
-
Energinya Parasite x Shoplifters versi lokal
Media Jepang sampe bilang film ini “quietly violent” (alot tapi nusuk).
Reaksi Cast soal Awards Busan
Mereka bilang nggak nyangka—bahkan Fedi sempat salah manggil nama juri (LOL).
Khan bilang kakinya gemeter pas naik panggung.
Nazyra cuma bisa bilang, “Aku takut jatuh dari heels.”
So human. So real.
Penulis Anya dan Vincent ,( Kita Pakai Bantuan AI )
Tanpa diedit oleh Nuty




































