Review Tumbal Darah
Film “Tumbal Darah” (2025) ini bukan semata-mata film bergenre horror. Bahkan jumpscare yang mengejutkan hampir tidak ada sepanjang film. Memang ada iblis pesugihan yang divisualkan seperti suster ngesot, lalu wajahnya berubah menyeramkan saat tumbal yang dijanjikan tidak dipenuhi.
Film ini justru banyak menampilkan adegan aksi brutal. Juga pengambilan gambar saat Jefri menabrakkan diri ke mobil, serta transformasi fisik Sallum yang dibuat hamil dengan prostetik perut buncit saat memerankan Ella yang sedang hamil.
Film ini juga memberikan kritik sosial dalam kehidupan yang tidak adil. Dimana masyarakat marginal harus selalu di nomor sekiankan padahal harus ditolong.
Totalitas produsen film dalam membuat klinik “durjana” yang tentu sulit bila harus menyewa, karena terkait image. Bahkan menjadi unsur promosi, mulai besok desain klinik di Cibubur siap menjadi destinasi wisata uji nyali hingga awal November 2025. Ditambah “buy 1 get 1” tiket nonton film “Tumbal Darah” di bioskop.
Kritik
Bila penonton mengharapkan film horror yang menegangkan justru akan kecewa. Karena ketegangan justru muncul dari aksi brutal yang terjadi.
Sayangnya film ini kurang memperhatikan porsi dramanya, sehingga membuat keseluruhan film ini kurang sempurna.
Namun ciri khas dari penulis didikan Salman Aristo dan Gina S. Noer melalui Wahana Kreator terasa sekali kentalnya, terutama memperhatikan maslah sosial di Indonesia. Ini pulahah yang menjadi semacam daya tarik, bagi penonton yang mengalaminya.
Adapun mungkin bagi sebagian besar penonton terasa mengada-ada, namun ternyata kejadian nyata yang hanya diketahui dan dialami segelintir penonton, berhasil memberikan alasan sebab akibat.
Namun bila Anda pecinta film aksi, film untuk penonton 17 tahun ke atas ini pasti terpuaskan.
Unsur-unsur perkelahian dengan tangan, serta menggunakan segala macam peralatan yang ada di sekeliling, menjadi unsur penting dalam film ini.
Diatur dengan rapih dan tepat, sehingga menimbulkan rasa geram penontonnya serta memberikan kepuasan tersendiri bagi yang menyukai.
Bagaimanapun film adalah hiburan, dalam hal ini unsur hiburan di bidang laga berhasil tampil menarik, membuat banyak penonton bertepuk tangan.
Kreator: Sutiono Gunadi dan Nuty Laraswaty




































