Adegan prasasti batu, berisi kata yang penuh arti. Sebuah tanda peringatan kehidupan
Shambala -2024
“Shambhala adalah film fitur berbahasa Nepali pertama yang masuk dalam kompetisi festival film besar dan film Asia Selatan pertama dalam tiga dekade yang berkompetisi dalam kompetisi utama di Berlinale.
Film ini juga dipilih sebagai perwakilan Nepal untuk kategori Film Fitur Internasional Terbaik di Academy Awards ke-97.
Review Shambala
Saat mengetahui bahwa film ini tayang di aplikasi Klik Film, maka sayapun segera menontonnya dan segera mengagumi gaya wide angle untuk pengambilan gambarnya.
Gaya pengambilan gambar yang mengikuti pergerakan obyek menjauh dan mendekat , sangatlah manis dan mendebarkan.
Tentunya ini bukanlah sesuatu hal yang luar biasa bagi sutradara Min Bahadur Bham yang telah menetaskan “The Black Hen” (2015).
*Film The Black Hen ini dipilih sebagai perwakilan Nepal untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Awards ke-89, meskipun tidak berhasil masuk nominasi
.
Selain itu, Min Bahadur Bham juga telah memenangkan berbagai penghargaan, termasuk National Film Award untuk kategori Penulis Terbaik, Norwegian Sorfond Award di Festival Film Cannes, dan Fedeora Award di Festival Film Venice
Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Nepal, dan ini adalah sebuah film yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Nepal itu sendiri, beserta budaya poliandri yang sebuah masyarakat anut.
Ini adalah kisah Pema (Thinley Lhamo).
Ia mempersiapkan diri untuk menikah dengan tiga suami, sesuai dengan tradisi dan karma-nya, seperti yang dinyatakan oleh Rinpoche lokal (Loten Namling).
Kehidupan damai Pema dengan keluarga baru terganggu ketika pasangannya yang utama, “Tashi (Tenzing Dalha) tidak kembali dari perjalanan ke kota lain karena gosip tentang dugaan perselingkuhannya.
Bersama saudara laki-laki Tashi, Karma (Sonam Topden), Pema memulai perjalanan melalui Himalaya untuk menemukan orang yang dicintainya dan menjelaskan kesalahpahaman tersebut
Penontonpun dibawa dalam alur cerita dari sudut pandang Pema.
Namun jika ini masih belum menarik perhatian, cek terlebih dahlu trailer ini
Rupanya masalah perselingkuhan dalam rumah tangga , yang berasal dari rumor, juga menjadikan hal serta topik yang menarik di Nepal.
Bagi Pema, tentunya amat penting untuk menjelaskan permasalahan ini, dikarenakan harga dirinya dan tuduhan bahwa ia melakukan tindakan tak terpuji, amatlah tidak tepat.
Dalam konteks ini, terlihat pula bagaimana lelaki tetaplah menaruh beban pembuktian pada perempuan. Pema haruslah melakukan serangkaian ritual kembali , untuk menunjukkan kepada khalayak ramai, penduduk , bahwa ia bukanlah seperti yang dituduhkan.
Proses ritual yang disajikan dalam film ini , sangat menarik.
Film ini menampilkan beberapa proses ritual yang terkait dengan budaya dan tradisi Tibet/Nepal, seperti:
1. Pernikahan Poligami: Film ini menampilkan ritual pernikahan Pema dengan tiga suami, yang merupakan praktik poligami dalam beberapa budaya di Himalaya.
2. Upacara Agama Buddha Tibet: Film ini mungkin menampilkan upacara keagamaan yang dipimpin oleh Rinpoche (seorang lama atau guru spiritual dalam agama Buddha Tibet), yang memberikan konteks spiritual dan budaya pada cerita.
3. Ritual dan Simbolisme Budaya: Film ini juga mungkin mencakup ritual dan simbolisme budaya lainnya yang khas dari masyarakat Himalaya, seperti penggunaan benda-benda suci, doa, dan praktik keagamaan lainnya.
Bagi saya pribadi, menyaksikan rangkaian ritual-ritual ini tidak hanya menambah keaslian budaya pada film tetapi juga membantu dalam membangun narasi dan karakter protagonis.
Beberapa adegan slow motion dengan latar warna cokelat, seoalh melambangkan pula kemurnian manusia yang berasal dari “tanah”
Banyak dialog-dialog yang mendalam dan juga pesan yang terasa universal, dalam hal bagaimana perempuan menjadi sentral dalam kehidupan masyarakat.