Gowok
Saya tertarik menonton film ini , berawal dari curhat sang Sutradara Hanung Bramantyo, yang merasa mengapa kok filmnya diberi label oleh LSF 21+ , dan diberi label bahwa ini film ponografi oleh masayarakat.
Sehabis menonton film ini saya merasa kosong, sebagaimana saat saya menonton film tanda tanya.
Kosong dalam arti, menarik filmnya karena secara cerdik memadukan unsur erotisme dengan latar sejarah , sebagaima film-film negara Barat maupun Korea , yang mengambil latar sejarah, sebagai latar dan alasan tertentu . Semuanya tentu ditujukan demi memuaskan hasrat rasa penasaran para penontonnya.
Janji saya untuk segera melakukan review , setelah menonton screening pun terhenti. Hal ini dikarenakan, ada banyak aspek yang ingin saya ketahui. Namun sayangnya saat itu, waktu tak memihak dan saya pun harus berangkat. Jadi tak sempat mengikuti QA sehabis screening.
Kesempatan kedua pun datang , kali ini saya sebagai pendengar dan mengupayakan untuk memahami pola pikir sang sutradara
Dari hasil kuliah umum tersebut, pendapat saya akan film ini ternyata masih tidak berubah.
Walaupun akan mendapatkan banyak “hujatan” , ada alasan tersendiri bagi sang sutradara membuat semua itu.
Seperti film tanda tanya , yang juga mendapatkan kecaman. Saya merasakan kembali , bagaimana sang sutradara mengupayakan untuk mengikuti pola penceritaan sebuah film yang menarik rasa ingin tahu penonton.
Gambar-gambar indah serta scoring musik pun dihadirkan dengan rapih . Alur cerita yang imajinatif , untuk alasan sebab akibat pun dihadirkan dengan rapih pula.
Ada tambahan pemasukan strategi pula yang rupanya dibagikan kepada pesertanya.
Juga tips jitu ala sang sutradara dalam menghadapi serbuan kritik. Maklum film-filmnya selalu mendapatkan banyak kritik, suka atau tidak suka, itulah yang terjadi.
Namun setelah mendengarkan semua hal tersebut, pendapat saya tetap sama. Ya , lengkap dengan semua alasan yang saya dengar.
Film ini memang menarik perhatian, membuat orang berpikir dan berdiskusi , serta sang sutradara kembali mendapatkan promosi yang banyak dari penonton serta bisnis film pun mengalir dengan manis.
Sekali lagi, film inilah yang mengingatkan saya , mengapa dahulu, berawal menjadi menyukai film Indonesia karena gaya penceritaan festivalnya ada dan misteri kontroversinya juga ada
Kritik Film
Film sejenis ini hanya dapat difahami oleh minoritas penonton, mengenai bagaimana alur cerita dibangun dan bagaimana agar roda bisnis dapat berputar.
Mayoritas penonton akan beranggapan bahwa ini sebuah film yang mungkin merusak sejarah. Pak, Bu ini film yang imajinatif . Bukan genre dokumenter .
Kemudian sangat menarik, mendengarkan penjelasan mengenai bagaimana caranya penonton digiring ke sebuah kotak pemahaman tertentu , tanpa mereka sadari.
Cek juga link versi uncut di YT dan hanya bisa ditonton di YT