Shadow Force
Film Shadow Force ini mungkin akan menarik perhatian para penggemar genre aksi dengan sentuhan drama cinta terlarang.
Membandingkan film ini dengan film John Wick mungkin dapat dikatakan terlalu berlebihan.
Namun jika ditinjau dari sisi aksi dan alasannya, ini dapat dikatakan ada benang merahnya. Simak terus pembahasannya, namun sebelumnya cek terlebih dahulu trailernya
Latar Belakang
Karakter utama dalam kedua film ini (John Wick dan Shadow Force), sama-sama ingin meluruskan hidup mereka yang menjadi carut marut karena sebuah larangan diterabas / dilanggar.
Jika dalam film John Wick, batasan larang membunuh orang tertentu dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
Maka dalam film Shadow Force ini, larangan jatuh cinta antara sesama anggota pasukan elit yang dilanggar.
Kedua film ini memberikan konsekuensi akibat yang sama, yaitu jika larangan dilanggar , maka kematian lah yang harus diterima. Ini sebuah konsekuensi final dan tiada ampun.
Sebelum melangkah lebih lanjut, dibaca dahulu sinopsis singkatnya
Sinopsis singkat
Kyrah (Kerry Washington) dan Isaac (Omar Sy) adalah mantan pemimpin kelompok pasukan khusus multinasional bernama Shadow Force.
Mereka berdua kemudian diberikan label dan alasan pembenar untuk diburu dan dibunuh. Penyebabnya adalah mereka berdua dianggap melanggar aturan dengan jatuh cinta antara satu dengan lainnya.
Dalam pengembangannya mereka sekeluarga terpisah dan harus bersembunyi untuk melindungi anak mereka, sementara anggota Shadow Force yang lain juga memburu mereka.
Review singkat
Menarik untuk diperhatikan adalah bagaimana sisi kehadiran seorang anak , menjadi pelunak dan pelembuta adegan-adegan kekerasan.
Hal ini tentunya mengecewakan para penonton yang mengharapkan banyaknya aksi perkelahian dalam tiap adegan, bahkan jika perlu yang mendalam.
Namun bagi tontonan keluarga, adegan-adegan dalam film ini dapat diterima dengan baik.
Bagaimana sebagai sosok orang tua, berupaya melindungi anaknya dari segi apapun. Ini terutama diperlihatkan dalam adegan sekeluarga khususnya untuk keselamatan anaknya.
Terlihat pula, atas dasar inilah, maka alur kisah pun diharapkan untuk dapat “dimaafkan” jika terlihat lunak, banyak lompatan dan kekosongan adegan, yang tak mampu menjawab pertanyaan penonton.
Terutama akan sebab akibat terjadinya adegan tersebut.
Pada akhirnya, penonton memang diarahkan untuk dapat menebak bahwa akhir kisah dalam film ini, akan baik-baik saja.
Tema seperti ini tidaklah fresh dan sudah sering ditampilkan, sehingga membuat penonton yang telah menebak alur nya merasa agak jenuh.
Dari sisi sinematografi, juga biasa-biasa saja untuk sekelas genre drama aksi.
Kurang ada adegan khusus yang memberikan suasana dan semangat keseruan.
Ini membuat penonton dengan ekspektasi tinggi pun dengan mudah merasa kecewa.
Kesimpulan
Film ini memang distrategikan untuk penonton keluarga yang menyukai adegan aksi dengan tampilan biasa saja.